Selamat Datang di Lembah Asmara

Minggu, 02 Januari 2011

Obat rindu

Aku masih menanti sang matahari pagi menggeliat dan membuka kelopak matanya Aku masih menanti kabut tipis berlari bersama butiran embun di ujung ilalang Aku masih menanti pagi ini kau hujani aku dengan cahayamu Karena pagi ini ingin kurajut sebuah pelangi untukmu Dengan warna-warna teduh yang terpancar dari kelembutanmu Merah ..kuning …hijau …biru….ungu …putih …. Yang ku rajut seperti selendang bidadari Untuk kau kenakan saat keteguhanku merengkuhmu.. Lihatlah pada birunya langit Pelangi itu terbentang indah hingga ke batas cakrawala Dan bias rona merahnya menyapu wajah tulusmu Hingga dalam binar matamu tergambar beningnya sebuah hati Mungkin aku akan tetap disini menanti malam menyuguhkan mimpi Dan melihat betapa cantiknya dirimu dengan selendang bidadari itu .. Walaupun aku takut sulaman mimpi itu selalu pergi Walaupun aku tak mampu memupuskan ragu ini Biarlah aku menunggumu …

-
pacar yang hilang kembali datang di ujud baru engkaulah itu! menitis sinta pada mata drupadi pada pipi lalu dayang sumbi pada cantikmu abadi purbasari putri bungsu pada rimbun rambutmu mengapa tak dengar sampai hingar kuseru tanpa suara mengapa tak hirau sampai parau kusapa tanpa kata lewatmu kelewat terburu sejenak tak singgah di serambi hati untuk bersetuju dan bikin janji
-

Sekalipun tak kumiliki engkau tetap milikku Selalu saja beterbangan di kamar masing-masing, sekelompok binatang purba bernama rindu, mendengung-dengung taringnya runcing menyengat bukan kulit tapi nadi, membengkak hari ke hari (mengapa mengusik sarangnya?) Ingin lupa ujud kamarmu yang hafal kamarku saja: buku-buku map-map tumpukan pekerjaan yang terbengkalai Tamasya tamasya kita bunuhlah sebisanya racun paling dahsyat paling nikmat bagi santapan kenangan

-
Ada wangimu tertinggal pada jari-jariku. Melekat dalam mata waktu mencoba terpejam Lalu begitu saja teringat saat-saat. Di pelataran rumah yang sama. Kursi masih mungkin berganti letak. Seperti hati? Tak tahu pasti. Kau juga Iseng kubaca bintangmu dalam astrologi. Lalu juga bintangku Majalah itu tentunya menipu kita tapi engkau tersenyum. aku juga Harapan itu meluncur tiba-tiba Sekelompok laba-laba membentangkan jaring. Bulan terperangkap Ada wangimu tertinggal pada jari-jariku. Ada wangimu melekat di mana-mana. Jangan hapuskan! Malaikat pun tak kan mampu mencucinya.

0 komentar:

Posting Komentar